Petani, itulah sebutan bagi orang-orang yang bekerja dengan tanam
menanam, baik itu di kebun, di ladang, di sawah mau pun di pantai.
Dari jaman kerajaan, bahkan dari jaman batu sampai sekarang, telah
dikenal luas oleh masyarakat yaitu profesi sebagai seorang petani. Apa
pun jenis tanamannya, apakah itu sayur-mayur, buah-buahan,
rempah-rempah, atau pun rumput laut, pastinya kegiatan bertani ini sudah
dikenal semua orang.
Bahkan di negara tercinta ini, sebagian besar penduduknya mempunyai pencaharian dengan bertani. Oleh sebab itulah Indonesia dijuluki negara agraris. Meski pun demikian, gelar negara agraris tak lantas membuat bangga sebagian orang. Nyatanya, banyak yang memandang sebelah mata pekerjaan sebagai seorang petani.
Banyak yang menganggap bahwa petani itu identik dengan kesusahan. Petani itu identik dengan pekerjaan yang berhubungan dengan kotor. Petani itu adalah orang yang kampungan, gaptek, dekil, kulit hitam, telapak tangan kasar dan masih segudang lagi yang buruk-buruk anggapan lain untuk petani.
Saat berkenalan dengan gadis pun, jujur saja banyak yang minder. Pertanyaan pertama adalah nama, alamat, kemudian pekerjaan pribadi dan pekerjaan orang tua. Nama jelas, gadis mesem. Alamat jelas, gadis mesem. Tapi menyangkut pekerjaan dan pekerjaan orang tua sudah jelas sebagai petani, gadis mlengos.
Itu hanya bukti kecil, dan masih banyak lagi bukti-bukti lainnya bahwa seorang yang dipanggil petani, hanya di pandang remeh di tempat umum. Padahal, jika berfikir lebih jernih, maka kita akan menyadari bahwa petani sangatlah berjasa di dunia ini.
Berapa juta perut-perut yang dibuat kenyang, dari hasil pertanian. Ingatlah bahwa apa yang saya makan, atau pun apa yang Anda makan sehari-hari adalah hasil dari bertani.
Bayangkan apa jadinya jika mereka berhenti bertanam secara menyeluruh.
Dapat dipastikan tidak ada lagi beras, sagu, gandum, jagung, terigu, dan
semua yang bisa dimakan, yang kesemuanya itu berasal dari pertanian.
Saudaraku semua, tanpa kita sadari ternyata setiap hari kita selalu dekat dengan hasil keringat mereka. tanpa kita sadari bahwa kita juga benar-benar membutuhkan mereka. Karena tanpa mereka, berarti kitalah yang terpaksa harus menjadi petani, untuk menggantikan mereka memberi makan kepada orang-orang.
Nah untuk itu, mulai sekarang hargailah jasa petani. Sebab, tanpa mereka kita bukanlah apa-apa. Demikian tulisan sederhana ini, terimakasih telah menyempatkan diri untuk membacanya.. sekian..
Bahkan di negara tercinta ini, sebagian besar penduduknya mempunyai pencaharian dengan bertani. Oleh sebab itulah Indonesia dijuluki negara agraris. Meski pun demikian, gelar negara agraris tak lantas membuat bangga sebagian orang. Nyatanya, banyak yang memandang sebelah mata pekerjaan sebagai seorang petani.
Banyak yang menganggap bahwa petani itu identik dengan kesusahan. Petani itu identik dengan pekerjaan yang berhubungan dengan kotor. Petani itu adalah orang yang kampungan, gaptek, dekil, kulit hitam, telapak tangan kasar dan masih segudang lagi yang buruk-buruk anggapan lain untuk petani.
Saat berkenalan dengan gadis pun, jujur saja banyak yang minder. Pertanyaan pertama adalah nama, alamat, kemudian pekerjaan pribadi dan pekerjaan orang tua. Nama jelas, gadis mesem. Alamat jelas, gadis mesem. Tapi menyangkut pekerjaan dan pekerjaan orang tua sudah jelas sebagai petani, gadis mlengos.
Itu hanya bukti kecil, dan masih banyak lagi bukti-bukti lainnya bahwa seorang yang dipanggil petani, hanya di pandang remeh di tempat umum. Padahal, jika berfikir lebih jernih, maka kita akan menyadari bahwa petani sangatlah berjasa di dunia ini.
Berapa juta perut-perut yang dibuat kenyang, dari hasil pertanian. Ingatlah bahwa apa yang saya makan, atau pun apa yang Anda makan sehari-hari adalah hasil dari bertani.
Saudaraku semua, tanpa kita sadari ternyata setiap hari kita selalu dekat dengan hasil keringat mereka. tanpa kita sadari bahwa kita juga benar-benar membutuhkan mereka. Karena tanpa mereka, berarti kitalah yang terpaksa harus menjadi petani, untuk menggantikan mereka memberi makan kepada orang-orang.
Nah untuk itu, mulai sekarang hargailah jasa petani. Sebab, tanpa mereka kita bukanlah apa-apa. Demikian tulisan sederhana ini, terimakasih telah menyempatkan diri untuk membacanya.. sekian..
0 Response to "Jasa Petani Yang Sering Dilupakan"
Post a Comment
Gunakan kotak komentar untuk bertanya, menambahkan, memberi saran serta berdiskusi. Namun demikian, saya meminta kepada Anda agar jangan sampai menyinggung sesuatu yang berbau SARA. (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan)